Syamsir Rajo Lelo punya kepandaian menangkap harimau tanpa senjata.
ddd
Kamis, 25 April 2013, 01:16Sandy Adam Mahaputra, Arjuna Nusantara (Padang)
(Sumber : VIVAnews) - Di Kota Padang, Sumatera Barat kakek 80 tahun, Syamsir Rajo Lelo punya kepandaian menangkap harimau tanpa senjata. Untuk menaklukkan harimau dengan tangan kosong, tidaklah mudah. Dia pun mengungkap cara dan bagaimana memperoleh keahlian unik itu kepadaVIVAnews.
Rajo Lelo mulai menangkap harimau sejak tahun 1952. Pada tahun itu, bersama mamaknya (paman) berhasil menangkap 2 ekor. Peristiwa itu berlangsung di Batu Busuak, kampung di kaki bukit barisan Kecamatan Pauh, Kota Padang.
Bapak 16 anak ini, mengatakan, tidak sembarang harimau yang ditangkap. "Hanya harimau yang menganggu ketenangan warga saja. Seperti masuk kampung dan makan ternak," ujar Rajo Lelo kepada VIVAnews di rumahnya di Kelurahan Ulu Gadut, Padang, Rabu 24 April 2013.
Aksi heroik Rajo Lelo menangkap harimau berakhir tahun 1995. Antara tahun 1952 sampai 1995, ia sudah menangkap 30 ekor harimau dengan ukuran mencapai 160 centimeter. Seperti pemberitaan sebelumnya, dia hanya mengaku 27 ekor, tapi dalam kesempatan ini, dia mengungkap, ada 3 ekor lagi yang ia lupa. "Sampai sekarang, saya sudah tangkap 30 ekor. Terakhir tahun 1995," tegasnya.
Rajo Lelo akan memulai aksinya ketika ada masyarakat yang melaporkan. Dari laporan itu, dia terjun ke lapangan dan membuat panjaro (kadang) kayu. kayu untuk kandang juga kayu pilihan. "Untuk kandang, harus memakai kayu Meransih dan kayu kambang," katanya.
Setelah kandang itu dibangun, diisi dengan kambing. Kandang dan kambing dilimauan (ruwat) diiringi doa. "Kambing dimaksudkan sebagai umpan, tapi takkan ada artinya kalau tidak dilimauan," cerita Rajo Lelo.
Kalau ia masuk ke kandang, maka harimau akan jinak kepada Rajo Lelo. Jika harimau tidak masuk, harimau akan tetap mati. Karena, berkat doa yang dibacakan ketika dilimauan, harimau akan hilang selera makan dan akhirnya mati karena tidak makan.
Dari 30 ekor yang berhasil ditangkap, ada 4 ekor yang mati. Harimau yang mati dikuburkan dan yang hidup diserahkan ke kebun binatang Bukittinggi dan taman safari lainnya.
Keberhasilannya tersebut, diapresiasi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbar dengan piagam penghargaan.
Belajar 17 Tahun
Keahlian Rajo Lelo menangkap harimau, tidak sembarangan orang yang bisa. Butuh kesungguhan dan mengaji tarekat selama 17 tahun. Rajo Lelo mengikuti pengajian tarekat sejak berumur delapan tahun.
Dia menjelaskan, untuk bisa menangkap harimau Rajo Lelo mangaji di Ulakan, Pariaman tujuh tahun, mengaji khusus tangkap harimau tujuh tahun dan mengaji mengambil keputusan tiga tahun. Setelah itu, baru bisa dipraktekkan.
Mengambil keputusan dilakukan oleh guru ngaji. "Dari 37 orang rombongan saya mangaji waktu itu, hanya dua orang yang lulus ketika pengambilan keputusan. Saya salah satunya," tambah Rajo Lelo.
Rombongan pengajiannya, berasal dari Riau, Medan, Aceh dan daerah lainnya di luar Sumbar. Sebelum ditetapkan siapa yang lolos dalam pengajian tersebut, semua peserta diberi pisau.
Lalu, pisau itu diasah dan disimpan. Saat pengambilan keputusan tersebut, pisau tadi dilihat oleh guru. Bagi pisau yang masih bagus, maka mereka lulus. "Maknanya, kalau kita punya pisau tajam jangan langsung di pakai menyayat selagi masih ada cara lain," kenangnya.
Sekarang, Rajo Lelo mengabdikan dirinya untuk masyarakat. Setiap hari, rumahnya ramai dikunjungi warga untuk berobat. Melalui doa-doanya sesuai ajaran Islam, ia mengharapkan kesembuhan bagi pasiennya.
Di samping itu, kakek berkupiah ini berladang di hutan belakang rumahnya. Di ladang tersebut, di pondoknya, ada kandang harimau. Di kandang itu ada tiga ekor si raja hutan. Dua anak dan satu induknya.
Tiga ekor harimau Sumatera tersebut sudah seperti peliharaannya. Kadang, Rajo Lelo memberi makan. Makannya 9 telur ayam. "Namun, ia lebih sering cari makan sendiri ke hutan," kata Rajo Lelo. (eh)
Bapak 16 anak ini, mengatakan, tidak sembarang harimau yang ditangkap. "Hanya harimau yang menganggu ketenangan warga saja. Seperti masuk kampung dan makan ternak," ujar Rajo Lelo kepada VIVAnews di rumahnya di Kelurahan Ulu Gadut, Padang, Rabu 24 April 2013.
Aksi heroik Rajo Lelo menangkap harimau berakhir tahun 1995. Antara tahun 1952 sampai 1995, ia sudah menangkap 30 ekor harimau dengan ukuran mencapai 160 centimeter. Seperti pemberitaan sebelumnya, dia hanya mengaku 27 ekor, tapi dalam kesempatan ini, dia mengungkap, ada 3 ekor lagi yang ia lupa. "Sampai sekarang, saya sudah tangkap 30 ekor. Terakhir tahun 1995," tegasnya.
Rajo Lelo akan memulai aksinya ketika ada masyarakat yang melaporkan. Dari laporan itu, dia terjun ke lapangan dan membuat panjaro (kadang) kayu. kayu untuk kandang juga kayu pilihan. "Untuk kandang, harus memakai kayu Meransih dan kayu kambang," katanya.
Setelah kandang itu dibangun, diisi dengan kambing. Kandang dan kambing dilimauan (ruwat) diiringi doa. "Kambing dimaksudkan sebagai umpan, tapi takkan ada artinya kalau tidak dilimauan," cerita Rajo Lelo.
Kalau ia masuk ke kandang, maka harimau akan jinak kepada Rajo Lelo. Jika harimau tidak masuk, harimau akan tetap mati. Karena, berkat doa yang dibacakan ketika dilimauan, harimau akan hilang selera makan dan akhirnya mati karena tidak makan.
Dari 30 ekor yang berhasil ditangkap, ada 4 ekor yang mati. Harimau yang mati dikuburkan dan yang hidup diserahkan ke kebun binatang Bukittinggi dan taman safari lainnya.
Keberhasilannya tersebut, diapresiasi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbar dengan piagam penghargaan.
Belajar 17 Tahun
Keahlian Rajo Lelo menangkap harimau, tidak sembarangan orang yang bisa. Butuh kesungguhan dan mengaji tarekat selama 17 tahun. Rajo Lelo mengikuti pengajian tarekat sejak berumur delapan tahun.
Dia menjelaskan, untuk bisa menangkap harimau Rajo Lelo mangaji di Ulakan, Pariaman tujuh tahun, mengaji khusus tangkap harimau tujuh tahun dan mengaji mengambil keputusan tiga tahun. Setelah itu, baru bisa dipraktekkan.
Mengambil keputusan dilakukan oleh guru ngaji. "Dari 37 orang rombongan saya mangaji waktu itu, hanya dua orang yang lulus ketika pengambilan keputusan. Saya salah satunya," tambah Rajo Lelo.
Rombongan pengajiannya, berasal dari Riau, Medan, Aceh dan daerah lainnya di luar Sumbar. Sebelum ditetapkan siapa yang lolos dalam pengajian tersebut, semua peserta diberi pisau.
Lalu, pisau itu diasah dan disimpan. Saat pengambilan keputusan tersebut, pisau tadi dilihat oleh guru. Bagi pisau yang masih bagus, maka mereka lulus. "Maknanya, kalau kita punya pisau tajam jangan langsung di pakai menyayat selagi masih ada cara lain," kenangnya.
Sekarang, Rajo Lelo mengabdikan dirinya untuk masyarakat. Setiap hari, rumahnya ramai dikunjungi warga untuk berobat. Melalui doa-doanya sesuai ajaran Islam, ia mengharapkan kesembuhan bagi pasiennya.
Di samping itu, kakek berkupiah ini berladang di hutan belakang rumahnya. Di ladang tersebut, di pondoknya, ada kandang harimau. Di kandang itu ada tiga ekor si raja hutan. Dua anak dan satu induknya.
Tiga ekor harimau Sumatera tersebut sudah seperti peliharaannya. Kadang, Rajo Lelo memberi makan. Makannya 9 telur ayam. "Namun, ia lebih sering cari makan sendiri ke hutan," kata Rajo Lelo. (eh)
No comments:
Post a Comment